Migrain adalah sakit kepala berdenyut yang umumnya terjadi pada salah satu sisi kepala. Migrain dapat berlangsung singkat dan mereda sendiri, tetapi terkadang bisa juga menetap selama beberapa jam atau bahkan beberapa hari.
Gejala migrain bisa muncul pertama kali pada usia remaja, kemudian memburuk ketika memasuki usia 30 tahun. Namun, tidak tertutup kemungkinan gejala migrain bisa muncul lebih awal atau lebih lambat.
Migrain lebih sering dialami oleh wanita daripada laki-laki. Hal ini karena ada dugaan bahwa migrain pada wanita berkaitan dengan perubahan hormon yang terjadi akibat menstruasi, kehamilan, konsumsi pil KB, atau menopause. Selain pada orang dewasa, migrain juga bisa terjadi pada anak-anak.
Jenis Migrain
Berdasarkan jenis serangannya, migrain dapat dibagi menjadi:
1. Migrain dengan aura
Migrain dengan aura diawali dengan gejala sebelum serangan migrain muncul. Gejala yang dimaksud bisa berupa perubahan pada penglihatan, seperti melihat kilatan cahaya, warna, pola garis, atau bayangan.
2. Migrain tanpa aura
Migrain tanpa aura merupakan jenis migrain yang paling umum terjadi. Nyeri migrain ini muncul tiba-tiba tanpa didahului gejala apa pun. Pada beberapa kondisi, gejala migrain jenis ini bisa mirip dengan sinusitis.
3. Migrain dengan aura tanpa sakit kepala
Kondisi yang dikenal dengan silent migraine ini diawali dengan semua tanda atau gejala migrain, tetapi tidak disertai sakit kepala.
4. Migrain kronis
Migrain kronis merupakan migrain yang terjadi setidaknya 15 hari tiap bulan, dan berlangsung selama 3 bulan atau lebih. Gejala migrain kronis dapat berupa nyeri kepala ringan hingga berat. Migrain kronis bisa saja menandakan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis atau tumor otak.
Penyebab Migrain
Penyebab migrain masih perlu diteliti lebih lanjut. Namun, ada dugaan bahwa kondisi ini terkait dengan ketidakseimbangan hormon serotonin dalam tubuh. Jika kadar serotonin tinggi, pembuluh darah akan menyempit. Sementara itu, saat kadar serotonin rendah, pembuluh darah akan membengkak.
Perubahan pada kadar serotonin inilah yang menyebabkan peradangan dan nyeri. Di samping itu, migrain juga diduga terjadi karena aktivitas listrik otak dan faktor genetik. Dengan kata lain, migrain bisa terjadi pada individu yang orang tuanya memiliki kondisi serupa.
Faktor risiko migrain
Migrain bisa terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, risiko terjadinya migrain lebih tinggi pada orang dengan beberapa faktor berikut:
- Berjenis kelamin wanita
- Berusia antara 10–40 tahun
- Memiliki orang tua yang menderita migrain
- Mengalami gangguan tidur
- Menderita epilepsi
- Mengalami gangguan mental, seperti gangguan kecemasan, depresi, gangguan bipolar
- Merokok
Gejala Migrain
Gejala utama migrain dapat berupa nyeri kepala ringan atau berat pada salah satu sisi kepala. Rasa sakit tersebut bisa terasa seperti nyeri berdenyut, ditusuk, dipukul, atau ditindih benda berat. Penderita migrain mungkin juga mengalami nyeri di sekitar mata, pelipis, wajah, sinus, rahang, atau leher.
Gejala migrain biasanya terjadi dalam empat fase. Meski begitu, tidak semua penderita mengalami keempat fase ini. Berikut adalah penjelasan mengenai fase-fase tersebut:
1. Fase prodromal
Fase prodromal bisa dimulai beberapa jam atau beberapa hari sebelum serangan migrain terjadi. Gejala yang timbul antara lain:
- Sensitif terhadap cahaya, suara, atau bau
- Sering menguap
- Nafsu makan berkurang
- Keinginan untuk mengonsumsi makanan tertentu, seperti makanan manis
- Perubahan suasana hati, seperti mudah marah atau sedih
- Sering haus
- Sering buang air kecil
- Gangguan pencernaan, seperti kembung, sembelit, atau diare
2. Fase aura
Fase aura bisa terjadi sebelum atau selama migrain. Gejala pada fase aura biasanya dimulai secara bertahap, sekitar 5 menit sampai 20 menit, dan berlangsung kurang dari 1 jam. Keluhan yang muncul antara lain:
- Gangguan penglihatan, seperti melihat titik hitam, garis bergelombang, kilatan cahaya, atau penyempitan lapang pandang
- Kesemutan atau mati rasa di wajah atau tangan
- Kesulitan berbicara dengan jelas
- Telinga berdenging (tinnitus)
- Salah satu sisi wajah terasa melemah
3. Fase serangan migrain
Fase serangan migrain juga disebut fase sakit kepala. Fase ini berlangsung sekitar 4 jam atau 3 hari, yang ditandai dengan keluhan berikut:
- Sakit kepala pada salah satu atau kedua sisi kepala
- Kepala terasa berdenyut atau kesemutan
- Mual dan muntah
- Pusing berat hingga seperti akan pingsan
- Sakit atau kaku pada leher
- Hidung berair atau tersumbat
- Sensitif terhadap cahaya, suara, dan bau
- Sakit kepala yang memburuk ketika bergerak, batuk, atau bersin
- Sulit tidur dan merasa lelah
4. Fase postdormal
Umumnya, fase postdormal berlangsung sampai 1 hari setelah gejala awal migrain. Keluhan pada fase ini meliputi:
- Lelah atau letih
- Nyeri atau lemah otot
- Nafsu makan berkurang
- Kesulitan konsentrasi
- Pusing
Gejala-gejala migrain di atas bisa dipicu oleh beberapa hal berikut:
- Stres
- Perubahan hormon, misalnya karena menstruasi, kehamilan, menopause, atau terapi penggantian hormon
- Telat makan
- Perubahan cuaca atau ketinggian
- Kelelahan karena aktivitas fisik yang berlebihan
- Paparan cahaya terang, kilatan cahaya, suara keras, atau bau menyengat
- Obat-obatan, seperti vasodilator atau pil KB
- Tidur terlalu lama atau justru kurang tidur
- Makanan, seperti cokelat, kacang-kacangan, makanan cepat saji, atau fermentasi
- Minuman beralkohol atau berkafein
- Penyakit infeksi, seperti pilek atau flu
Kapan harus ke dokter
Migrain biasanya dapat diatasi dengan penanganan mandiri, misalnya minum obat pereda nyeri. Namun, jika keluhan migrain sering kambuh atau mengganggu aktivitas, sebaiknya diskusikan dengan dokter. Untuk mendapatkan jawaban yang cepat dan tepat, Anda bisa berkonsultasi melalui Chat Bersama Dokter.
Lewat chat, dokter akan membantu mencari tahu penyebab migrain atau meresepkan obat. Jika diperlukan pemeriksaan medis lebih lanjut, dokter akan merujuk Anda ke dokter spesialis.
Waspadai bila gejala migrain yang Anda alami berbeda dengan yang biasanya terjadi. Pada kondisi tersebut, Anda perlu menemui dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Jangan tunda untuk ke IGD rumah sakit terdekat bila mengalami gejala yang lebih serius, seperti:
- Sakit kepala setelah mengalami cedera
- Sakit kepala tidak tertahankan yang terjadi secara tiba-tiba
- Sakit kepala disertai demam, kejang, leher kaku, linglung, penglihatan kabur, atau ruam
- Bicara menjadi cadel atau tidak jelas
- Lemas atau lumpuh di lengan atau salah satu sisi wajah
- Sakit kepala yang memburuk saat batuk atau mengejan
Diagnosis Migrain
Diagnosis migrain akan dimulai dengan tanya jawab mengenai kondisi pasien. Dokter akan menanyakan kepada pasien tentang:
- Gejala yang dirasakan dan durasinya
- Hal-hal yang membuat keluhan mereda atau bertambah parah
- Keluarga kandung atau orang tua yang pernah mengalami migrain
- Obat-obatan atau suplemen yang pernah atau sedang dikonsumsi
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan saraf (neurologis). Dokter juga mungkin akan melakukan beberapa tes penunjang berikut untuk memastikan diagnosis dan menentukan penyebab migrain:
- Tes darah, untuk mencari tanda-tanda anemia atau infeksi, yang juga bisa menyebabkan sakit kepala, kelelahan, atau kesemutan
- CT scan atau MRI, untuk mendeteksi gangguan di otak, seperti perdarahan, infeksi, stroke, atau tumor otak
- Pungsi lumbal, untuk memastikan peradangan atau infeksi di dalam maupun di sekitar otak
Pengobatan Migrain
Pengobatan migrain bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegahnya kambuh. Metode pengobatannya dapat berupa obat-obatan dan perawatan mandiri. Berikut adalah penjelasannya:
Obat-obatan
Obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengatasi atau mencegah gejala migrain antara lain:
- Pereda nyeri, seperti Bodrex, Panadol Extra, atau Primperan
- Antiemetik, contohnya Metolon, Norvom, atau Vosea
- OAINS jenis COX-2 inhibitor, seperti Celebrex, Novexib, atau Remabrex
- Antikejang, misalnya Topamax
Perawatan mandiri
Selain minum obat, ada hal-hal yang bisa dilakukan penderita ketika migrain kambuh, yaitu:
- Beristirahat atau tidur di kamar yang sepi, gelap, dan sejuk
- Mengompres dingin area dahi atau belakang leher
- Minum air putih yang cukup
- Memijat kepala, pelipis, atau leher
- Makan tepat waktu
Di samping metode di atas, meditasi atau yoga dapat dilakukan untuk mengurangi gejala migrain kronis. Dokter juga dapat menyarankan terapi perilaku kognitif untuk melatih pikiran dan respons tubuh pasien terhadap nyeri.
Komplikasi Migrain
Meski jarang, beberapa penderita migrain dapat mengalami komplikasi berupa:
- Stroke iskemik akibat infark migrain
- Gangguan mental, seperti depresi, gangguan panik, gangguan bipolar, atau gangguan kecemasan
- Gejala aura yang tidak hilang lebih dari 1 minggu tanpa adanya infark migrain
- Kejang
Pencegahan Migrain
Migrain sulit dicegah karena penyebabnya masih diteliti. Namun, beberapa upaya di bawah ini dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi migrain:
- Mencari tahu dan menghindari hal-hal yang dapat memicu migrain, misalnya makanan, kegiatan, atau obat-obatan tertentu
- Minum air putih yang cukup agar tetap terhidrasi
- Menerapkan pola makan dan pola tidur yang cukup serta teratur
- Berolahraga secara rutin dengan intensitas ringan hingga sedang, yang didahului dengan pemanasan
- Menjaga berat badan agar tetap ideal
- Menurunkan berat badan bila menderita obesitas
- Mengelola stres dengan baik, misalnya dengan meditasi, yoga, atau latihan pernapasan