SAHA syndrome dapat membuat wanita mengalami masalah kulit dan rambut, seperti jerawat, kulit bersisik, banyak rambut yang tumbuh di wajah dan badan, hingga kerontokan rambut atau kebotakan. Jika tidak diobati, kondisi ini bisa semakin parah dan menimbulkan berbagai komplikasi.
SAHA syndrome adalah sekelompok penyakit pada kulit dan rambut yang dialami wanita akibat gangguan hormon. SAHA syndrome terdiri dari empat jenis penyakit, yaitu seborrhoea, acne, hirsutism, dan alopecia.
Munculnya kondisi ini disebabkan oleh kadar hormon androgen yang terlalu tinggi pada wanita. Normalnya, hormon androgen atau testosteron memang terdapat di dalam tubuh wanita, namun jumlahnya sangat sedikit dibandingkan pada pria.
Selain masalah pada kulit dan rambut berupa SAHA syndrome, kelebihan hormon androgen pada wanita juga dapat menyebabkan beberapa gangguan lain, seperti sindrom ovarium polikistik atau PCOS, diabetes, obesitas, dan infertilitas.
Beberapa Gejala SAHA Syndrome
Berikut ini adalah beberapa jenis gangguan pada kulit yang disebabkan oleh SAHA syndrome:
Seborrhoea (seborea)
Seborrhoea atau dermatitis seboroik adalah gangguan pada kulit yang menyebabkan kulit bersisik, muncul bercak merah, dan terasa gatal. Gangguan kulit ini biasanya menyerang area kulit yang sering berminyak, seperti kulit kepala, hidung, alis, telinga, kelopak mata, dan dada. Penyakit kulit ini dapat menyebabkan munculnya banyak ketombe pada kulit kepala dan wajah.
Acne (jerawat)
SAHA syndrome juga dapat menyebabkan wanita mengalami jerawat yang parah. Jerawat tersebut dapat muncul akibat tersumbatnya pori-pori kulit oleh minyak (sebum) yang berlebihan serta sel kulit mati. Jerawat umumnya muncul di wajah, bahu, dada, dan punggung.
Hirsutisme
Hirsutisme adalah kondisi ketika tubuh wanita ditumbuhi rambut yang lebat. Rambut tersebut dapat tumbuh pada wajah, dagu, dada, perut, paha, dan punggung. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kelainan hormon, bisa juga karena faktor genetik.
Alopecia
Wanita dengan SAHA syndrome dapat mengalami tumbuhnya rambut yang lebat di bagian tubuh tertentu, namun rambut di kepalanya bisa rontok dalam jumlah yang banyak, bahkan hingga terjadi kebotakan. Kondisi rontoknya rambut atau kebotakan ini disebut alopecia.
Penyebab Terjadinya SAHA Syndrome
Hormon androgen atau testosteron adalah hormon seks utama pada pria. Meski demikian, hormon ini juga ada di tubuh wanita, tetapi jumlahnya sedikit. Pada wanita, hormon androgen dihasilkan di ovarium atau indung telur. Hormon ini berperan penting dalam menjaga kekuatan tulang dan mengatur fungsi organ reproduksi wanita.
Pada kondisi tertentu, hormon androgen di dalam tubuh wanita bisa dihasilkan secara berlebihan. Kondisi yang disebut hiperandrogenisme inilah yang menyebabkan SAHA syndrome pada wanita. Kelebihan hormon androgen pada wanita bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain faktor genetik atau keturunan, PCOS, tumor pada ovarium atau kelenjar adrenal, dan efek samping obat-obatan tertentu.
Cara Mengatasi SAHA Syndrome
Jika Anda mengalami gejala SAHA syndrome, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter untuk menjalani pemeriksaan. Jika memang benar Anda menderita SAHA syndrome, dokter akan memberikan penanganan untuk mengatasi kelainan tersebut. Untuk menormalkan kadar hormon androgen di dalam tubuh Anda, dokter dapat meresepkan obat-obatan berupa obat antiandrogen, seperti Siproteron asetat, Spironolakton, dan Flutamide.
Dokter juga dapat menyarankan Anda menggunakan terapi hormonal kombinasi seperti pil kontrasepsi kombinasi yang mengandung antiandrogen. Namun, perlu diingat bahwa pil kontrasepsi kombinasi ada berbagai macam dengan kandungan yang berbeda-beda pula. Umumnya, progeston sintetis yang terkandung di dalam pil kontrasepsi kombinasi adalah Levonorgestrel, Norgestimate, Desogestrel, Drospirenon, dan Siproteron asetat (CPA).
Pil kontrasepsi kombinasi yang dapat mengatasi jerawat hiperandrogen adalah yang mengandung kombinasi Etinilestradiol dan Siproteron asetat (CPA). Obat antiandrogen dan pil kontrasepsi kombinasi dapat menurunkan jumlah hormon androgen yang berlebihan di dalam tubuh, sehingga gejala-gejala SAHA syndrome juga akan teratasi.
Selain obat antiandrogen dan pil kontrasepsi kombinasi, dokter juga akan memberikan penanganan lain sesuai gejala yang muncul, yaitu:
- Obat jerawat, seperti krim, gel, atau salep yang mengandung retinoid, benzoil peroksida, atau asam salisilat, untuk mengatasi jerawat
- Salep atau krim kortikosteroid, antijamur, atau sampo yang mengandung selenium sulfide untuk mengatasi gejala seborrhea
- Obat-obatan, terapi laser, atau waxing untuk mengatasi hirsutisme
- Minoxidil, terapi laser, atau transplantasi rambut untuk mengatasi alopecia
Dampak SAHA Syndrome bagi Kesehatan
SAHA syndrome sering kali membuat penderitanya merasa kurang percaya diri akibat gangguan pada kulit atau rambut. Namun, bukan hanya itu. Bila tidak ditangani dengan baik, SAHA syndrome juga dapat menimbulkan sejumlah gangguan kesehatan, yaitu:
- Gangguan kesuburan atau infertilitas
- Menstruasi tidak teratur
- Penurunan libido atau hasrat seksual
- Sindrom metabolik
- Penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke
- Gangguan mental, seperti depresi dan gangguan cemas
- Gangguan tidur, seperti insomnia
Jika Anda mengalami gejala SAHA syndrome, segeralah periksakan diri ke dokter. Hal ini penting dilakukan agar penyakit ini dapat diobati dengan tepat. Dengan begitu, kondisinya tidak menjadi lebih berat dan dampak atau komplikasinya juga dapat dicegah.