Psikopat adalah istilah yang dulu digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak memiliki emosi, perasaan, dan hati nurani. Meskipun demikian, istilah medis yang tepat untuk kondisi ini kini bukanlah psikopat, melainkan gangguan kepribadian antisosial.

Seorang psikopat dapat memiliki sikap yang bertentangan dengan norma-norma sosial, kurang bertanggung jawab, sulit membedakan perilaku yang baik dan buruk, serta kurang memiliki rasa empati. Selain itu, seorang psikopat juga bisa bersifat manipulatif, gegabah, dan berperilaku kasar terhadap orang lain.

Alodokter - Psikopat

Gejala psikopat mirip dengan gejala gangguan kepribadian narsistik. Namun, penderita psikopat kurang memiliki sikap disiplin dan ketekunan. Selain itu, perlu diketahui bahwa tidak semua psikopat adalah pembunuh atau pelaku kriminal. Psikopat dan narsistik sama-sama termasuk dalam dark triad personality.

Penyebab Psikopat

Belum diketahui secara pasti penyebab seseorang bisa menjadi psikopat. Namun, kondisi ini diduga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, seperti:

  • Memiliki riwayat gangguan kepribadian saat kanak-kanak
  • Mengalami kekerasan, pelecehan, atau penelantaran saat kanak-kanak
  • Memiliki anggota keluarga dengan riwayat gangguan kepribadian antisosial atau gangguan mental lain

Selain faktor-faktor di atas, kelainan pada struktur otak yang mengatur emosi juga diduga dapat menyebabkan seseorang menjadi psikopat. Kelainan ini dapat terjadi akibat cedera selama masa perkembangan otak. Kelainan tersebut bahkan dapat memengaruhi respons tubuh terhadap sesuatu.

Sebagai contoh, ketika melihat darah atau kekerasan, orang umumnya akan mengalami jantung berdebar, napas menjadi lebih cepat, dan telapak tangan berkeringat. Namun, seorang psikopat justru akan merasa lebih tenang ketika melihat hal-hal tersebut.       

Gejala Psikopat

Perlu diketahui, psikopat tidak sama dengan sosiopat meski kedua kondisi ini termasuk dalam kelompok gangguan kepribadian antisosial. Seorang psikopat tidak dapat merasakan emosi dan tidak memiliki empati.

Sementara itu, penderita sosiopat masih dapat merasakan empati terhadap orang lain. Akan tetapi, penderita sosiopat mengabaikan norma-norma sosial dan cenderung lebih impulsif, serta semena-mena.

Gejala awal psikopat umumnya mulai terlihat pada usia 15–18 tahun. Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala psikopat pada umumnya:

  • Mudah marah atau tersinggung
  • Bersikap arogan, sangat percaya diri, dan keras kepala
  • Bersikap agresif dan suka melakukan tindak kekerasan
  • Memiliki perilaku yang bertentangan dengan norma sosial
  • Mengabaikan atau melanggar hak orang lain
  • Sulit membedakan antara benar dan salah
  • Tidak menunjukkan rasa penyesalan dan empati
  • Sering berbohong
  • Memanipulasi orang lain untuk mendapatkan keinginannya
  • Berulang kali melakukan tindak kriminal
  • Tidak bertanggung jawab
  • Sering bermasalah dalam hubungan dengan pasangan
  • Bersifat impulsif dan kurang merencanakan segala hal dengan baik

Pada kasus tertentu, penderita psikopat sudah menunjukkan gejala gangguan perilaku sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak, beberapa gejala tersebut antara lain:

  • Bersikap kasar terhadap orang lain dan hewan
  • Senang merusak barang
  • Sering berbohong
  • Senang mencuri
  • Melakukan pelanggaran hukum yang serius

Perlu diketahui bahwa seseorang bisa saja memiliki beberapa perilaku di atas meski bukan seorang psikopat. Misalnya, seseorang dengan Machiavellianisme juga memiliki sifat manipulatif dan mengabaikan hak orang lain, tetapi tidak sampai melakukan tindak kekerasan. Untuk memastikannya, diperlukan pemeriksaan langsung oleh dokter.

Kapan harus ke dokter

Jika ada anggota keluarga atau teman Anda yang menunjukkan gejala-gejala psikopat seperti di atas, sebaiknya sarankan ia untuk memeriksakan diri ke dokter. Hal ini karena penderita psikopat sering kali tidak menyadari jika dirinya memiliki gangguan perilaku.

Diagnosis Psikopat

Dokter akan mengawali diagnosis dengan melakukan tanya jawab dan tes wawancara kepada pasien terkait gejala yang dialami, riwayat penyakit atau gangguan mental lain, serta riwayat gangguan mental atau kondisi medis tertentu pada keluarga pasien.

Dokter juga mungkin akan mengkonfirmasi kondisi pasien dengan mewawancarai keluarga atau orang yang tinggal serumah dengan pasien. Jika diperlukan, pasien juga akan diminta untuk menjalani pemeriksaan fisik dan tes penunjang guna memastikan diagnosis.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, dokter akan membandingkan gejala yang ditemukan pada pasien dengan kriteria tanda dan gejala psikopat berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) dan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ III).

Seseorang dapat dikatakan menderita psikopat jika memiliki setidaknya dua atau tiga kriteria berikut ini:

  • Sulit menaati norma-norma yang berlaku di masyarakat
  • Sering melakukan pelanggaran hukum atau tindak kejahatan
  • Sering berbohong, memanipulasi, atau menyakiti orang lain, untuk memenuhi keperluan pribadi
  • Sulit mengendalikan diri atau memiliki perilaku yang impulsif
  • Mudah marah, yang disertai dengan tindakan menyerang atau berkelahi dengan orang lain
  • Tidak berhati-hati sehingga membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain
  • Kurangnya rasa tanggung jawab sehingga sering melalaikan tugas-tugas atau kewajiban yang harus dilakukan
  • Sulit menunjukkan rasa penyesalan dan cenderung tidak peduli dengan orang lain

Pengobatan Psikopat   

Pengobatan psikopat akan disesuaikan dengan kondisi pasien, termasuk kesediaannya dalam menjalani perawatan dan keparahan gejalanya. Beberapa tindakan medis yang dapat dilakukan oleh dokter adalah:

Psikoterapi

Psikoterapi bertujuan untuk mengajarkan pasien agar mengerti tentang kondisi yang dialami dan pengaruhnya terhadap kehidupan serta hubungannya dengan orang lain.

Beberapa jenis psikoterapi yang dapat dilakukan adalah:

  • Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy), untuk membantu pasien mengenali, memahami, dan mengubah perilaku yang negatif menjadi positif
  • Terapi berbasis mentalitas (mentalization-based therapy), untuk membantu pasien memahami bagaimana kondisi mentalnya memengaruhi perilaku
  • Terapi psikodinamika, untuk meningkatkan kesadaran pasien terhadap pikiran dan perilaku negatif, serta sifat impulsif yang dimiliki

Konseling kelompok

Konseling kelompok merupakan jenis terapi jangka panjang yang efektif untuk mengatasi psikopat. Terapi ini bertujuan untuk melatih pasien agar tidak mudah menyinggung orang lain saat berinteraksi.

Konseling dapat dilakukan dalam kelompok kecil maupun besar. Setiap kelompok akan diberikan kesempatan untuk menyelesaikan suatu masalah secara bersama-sama guna menciptakan lingkungan yang saling membantu.

Konseling kelompok umumnya disarankan untuk dilakukan selama sekitar 18 bulan. Hal ini karena pasien memerlukan waktu yang cukup untuk mengubah perilaku dan sifatnya.

Obat-obatan

Dokter dapat memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala-gejala gangguan mental yang mungkin terjadi bersamaan dengan psikopat. Jenis obat yang dapat diresepkan oleh dokter antara lain:

  • Antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI)
  • Antipsikotik
  • Obat pengendali suasana hati atau mood stabilizers
  • Anticemas

Pengobatan sedini mungkin yang disertai dengan dukungan penuh dari pasangan, keluarga, atau teman, akan meningkatkan keberhasilan terapi terhadap penderita psikopat.

Komplikasi Psikopat      

Seorang psikopat yang tidak mendapatkan penanganan dapat mengalami penurunan kualitas hidup, gangguan pada interaksi sosial, atau gangguan kesehatan lain. Berikut ini adalah beberapa dampak yang bisa dialami pasien psikopat terhadap kualitas hidupnya:

  • Melecehkan atau menelantarkan anak maupun pasangan
  • Menderita kecanduan alkohol dan menyalahgunakan NAPZA
  • Melakukan tindak kriminal hingga dipenjara
  • Memiliki kecenderungan untuk membunuh atau menyakiti orang lain
  • Memiliki risiko lebih tinggi untuk menyakiti diri atau bunuh diri
  • Menderita gangguan mental lain, seperti depresi atau gangguan kecemasan

Pencegahan Psikopat                                 

Belum ada cara pasti untuk mencegah seseorang menjadi psikopat. Pencegahan terbaik adalah dengan mendeteksi gejala-gejalanya lebih awal. Dengan demikian, dokter dan psikolog dapat memberikan penanganan lebih cepat sebelum terjadi tindakan yang membahayakan diri penderita psikopat dan orang lain.