Bumil biasanya berbuka puasa dengan makanan apa? Pilih dengan cermat, ya. Soalnya, ada beberapa jenis makanan yang harus dihindari ibu hamil saat berbuka puasa. Makanan ini justru menimbulkan keluhan yang dapat mengganggu kelancaran puasa Bumil.
Bumil sudah diizinkan berpuasa nih oleh dokter. Itu artinya Bumil dan janin dalam kondisi sehat dan prima untuk menjalani ibadah puasa. Namun, perlu diingat, Bumil tetap tidak boleh sembarangan memilih makanan saat berbuka puasa.
Ada beberapa makanan berbuka puasa yang harus dihindari, karena tidak hanya bisa memicu munculnya keluhan buat Bumil, tetapi juga berisiko mengganggu tumbuh kembang janin.
Makanan yang Harus Dihindari Ibu Hamil Ketika Berbuka Puasa
Berikut ini adalah beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari oleh ibu hamil ketika berbuka puasa:
1. Gorengan
Saat ibu hamil memutuskan berpuasa, hindarilah berbuka dengan gorengan, apalagi dengan jumlah yang berlebihan. Masih banyak pilihan makanan lain yang lebih bergizi. Walau menggugah selera, gorengan merupakan jenis makanan tinggi kalori, lemak jenuh, bahkan garam.
Jika gorengan dikonsumsi berlebihan, selain bisa meningkatkan risiko terjadinya obesitas dan kolesterol tinggi, Bumil juga akan cenderung melupakan jenis makanan yang lain, karena sudah kenyang duluan.
Padahal Bumil tetap perlu nutrisi lain supaya tetap sehat. Oleh karena itu, dibandingkan mengonsumsi gorengan, mulailah berbuka puasa dengan takjil yang lebih sehat, misalnya kurma atau buah potong ya, Bumil.
2. Junk food
Saat sedang tidak berpuasapun, makan junk food saat hamil tidak dianjurkan, apalagi jika Bumil menjadikannya menu berbuka puasa. Junk food umumnya rendah serat dan nutrisi lain, tetapi tinggi kalori, lemak, gula, dan garam.
Ibu hamil yang mengonsumsinya secara berlebihan atau menjadikannya menu buka puasa setiap hari berisiko mengalami obesitas, sembelit, diabetes gestasional, hingga preeklamsia, lho. Jadi hindarilah junk food saat berbuka puasa ya, Bumil.
Sebagai gantinya, konsumsilah makanan yang mengandung nutrisi dibutuhkan ibu hamil dan janin. Contohnya, seporsi nasi putih dengan sup daging dan tambahan sayur sawi, buncis, atau sayuran lain. Kemudian, lengkapi dengan buah potong atau jus buah tanpa tambahan gula.
3. Makanan terlalu manis
Kolak pisang, es pisang ijo, atau es buah memang pas nih dijadikan menu buka puasa, termasuk buat Bumil. Namun, perlu diingat kalau Bumil berbuka dengan makanan manis dalam porsi yang berlebihan, tidak hanya bisa membuat berat badan Bumil naik tak terkendali, tetapi juga bisa meningkatkan risiko perut begah hingga kembung, lho.
Selain itu, kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi gula saat hamil juga rentan meningkatkan risiko terjadinya sejumlah komplikasi kehamilan, seperti diabetes gestasional, preeklamsia, hingga kelahiran prematur.
4. Makanan setengah matang dan mentah
Makanan mentah atau setengah matang juga tidak boleh dimasukkan dalam daftar makanan berbuka untuk ibu hamil. Jenis makanan ini berisiko mengandung sejumlah kuman, seperti Toxoplasma atau Salmonella.
Infeksi Toxoplasma yang terjadi selama hamil bisa membahayakan janin sedangkan jika Bumil terinfeksi Salmonella, bisa terjadi keracunan makanan. Keracunan makanan bisa membuat munculnya gejala mual, muntah, hingga diare. Hal ini tentunya bisa mengganggu kehamilan juga mengganggu kelancaran puasa Bumil.
5. Makanan olahan
Makanan olahan, seperti nuget, sosis, daging asap, atau kornet, memang bisa jadi pilihan makanan praktis untuk berbuka puasa. Namun, makanan olahan mengandung garam yang cukup tinggi dan rendah nutrisi. Bila Bumil sering mengandalkan makanan olahan untuk berbuka puasa, nutrisi yang dibutuhkan untuk Bumil dan janin bisa tidak tercukupi.
Daripada mengonsumsi makanan olahan, akan lebih sehat jika Bumil mengonsumsi makanan yang lebih sehat, misalnya daging ayam segar yang digoreng atau disemur, sayuran, buah-buahan, atau kacang-kacangan. Jangan lupa juga minum air putih yang cukup agar Bumil tidak dehidrasi, ya.
Apabila Bumil masih bingung menentukan jenis menu berbuka puasa yang baik dikonsumsi selama hamil, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.